Membangkitkan Totalitas Diri ASN dengan Kearifan Lokal

ASN atau Aparatur Sipil Negara merupakan aset pemerintah dalam meningkatkan pelayanan di masing-masing instansi pemerintah seperti Dinas Pendidikan termasuk didalamnya sekolah-sekolah dari SD sampai dengan SMP dengan berorientasi memberi pelayanan yang optimal kepada peserta didik untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Kota Salatiga.

            Awal tahun 2022 ini merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk melakukan intropeksi diri tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tahun yang lalu, maka kami selaku kepala SMP Negeri 1 Salatiga mengajak kepada  diri sendiri dan seluruh ASN serta Warga sekolah SMP Negeri 1 Salatiga untuk dapat mawas diri apa yang sudah kita perbuat dan kita lakukan untuk sekolah atau instansi kita sesuai dengan tugas dan pokok fungsi kita masing-masing di sekolah. Berpijak pada tupoksi dengan berlandaskan keiklhasan dan semangat gotong royong yang dimiliki oleh setiap orang maka akan dapat memunculkan keberanian untuk dapat melakukan kreatifitas dan inovasi. Bila setiap orang yang ada di sekolah kita melakukan hal tersebut maka dapat membangkitkan suatu tindakan yang totalitas bagi diri setiap warga terutama pada aparatur sipil negara. Totalitas berorientasi pada inisiatif dari diri para ASN untuk memberikan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk instansinya tanpa memikirkan imbalan yang diperolehnya.

            Kearifan lokal yang ada di masyarakat kita berupa petuah-petuah yang dapat memberikan nasehat kepada kita semua agar semua pekerjaan yang kita laksanakan memberikan teladan yang terbaik di lingkungan kita.

 Petuah ini berasal dari Serat Wulangreh karya SISK Susuhunan Paku Buwana IV, pada (bait) ke-53, Pupuh ke -4 Pungkur sebagai berikut :

 

Aja nedya katempelan,
ing wewatek kang tan pantes ing budhi,
Watek rusuh nora urus,
tunggal lawan manungsa.
Dipun sami karya labuhan kang patut,
darapon dadi tuladha,
tinuta mring wong kang wuri.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Jangan sampai terjangkiti,
oleh watak yang tak pantas bagi (orang) yang berbudi.
Watak kotor  tak dibenarkan,
jika bersatu dalam diri manusia.
Seyogyanya berbuatlah pengabdian yang pantas,
supaya menjadi teladan,
dan diikuti oleh (generasi) belakangan.

Kupasan arti dan makna dari serat Wulangreh tersebut:

Aja (jangan) nedya (hendak, akan, ingin)  katempelan (terjangkiti), ing (oleh) wewatek (watak) kang (yang) tan (tak) pantes (pantas) ing (dalam) budhi (akal budi). Jangan sampai terjangkiti oleh watak yang tak pantas bagi (orang) yang berbudi.

Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Sanggup untuk berbuat dengan akhlak yang mulia, maka penuhilah kodrat itu. Jangan sampai malah terjangkit sifat-sifat yang tak pantas disandang oleh manusia, seperti layaknya sifat-sifat iblis. Dalam dunia hewan saja kadang kita temukan perilaku yang mulia semisal ungkapan kesetiaaan atau saling bekerja sama, apalagi sebagai manusia sudah seharusnya mempunyai watak yang lebih baik.

Watek (watak) rusuh (kotor) nora urus (tak benar, tidak sesuai tatanan), tunggal (menyatu) lawan (dengan) manungsa (manusia).  Watak kotor tak dibenarkan jika bersatu dalam diri manusia.

Yaitu watak kotor yang tidak benar, tidak seharusnya menyatu dalam tubuh manusia. Rusuh dalam bahasa Jawa berarti kotor, kemproh, lekoh. Biasanya kata ini dipakai untuk menyebut orang yang perkataannya kotor, saru dan tak sopan. Nah, sifat-sifat yang demikian tak seharusnya menyatu dalam jiwa dan tubuh manusia, tan patut lamun kajiwa lan kasalira dening manungsa.

Dipunsami (upayakan bersama, seyogyanya) karya (membuat) labuhan (peninggalan) kang (yang) patut (pantas), darapon (supaya) dadi (menjadi) tuladha (teladan), tinuta (bisalah diikuti) mring (oleh) wong (orang) kang (yang) wuri (belakang, kelak, nanti). Seyogyanya buatlah peninggalan yang pantas, supaya menjadi teladan, dan diikuti oleh orang-orang yang belakangan.

Labuhan adalah buangan atau sesuatu yang jatuh. Dilabuh artinya dibuang ke laut agar ditemukan orang lain. Labuhan yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang akan ditemukan oleh generasi yang akan datang, atau dengan kata lain: sebuah peninggalan.

Sebagai ganti dari sifat kotor tadi seyogyanya upayakan agar mampu membuat peninggalan yang pantas kepada masyarakat. Suatu perbuatan yang berguna bagi peradaban manusia secara keseluruhan. Supaya kelak menjadi teladan bagi orang-orang yang datang belakangan, yaitu generasi yang akan datang. Anak-cucu yang akan mewarisi bumi yang kita pijak sekarang

            Dengan serat wulangreh sebagai kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dapat memberikan kekuatan kepada ASN untuk berkarya secara totalitas memberikan karya yang terbaik bagi sekolah kita, Aamiin.

 

Penulis :

Ngadiman, M.Or.

Kepala SMP Negeri 1 Salatiga

GALLERY

Humas SMP Negeri 1 Salatiga

Humas SMP Negeri 1 Salatiga